Oleh : Sari Amariyah – Banyumas
Dalam kitab Khuluq al-Muslim, Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa perkara yang paling dekat dengan diri kita adalah kematian. Sebab hal-hal berikut
1.Setiap yang bernyawa pasti mati كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”(QS Ali Imran [3]:185)
2. Sudah pasti dan tak bisa dipercepat atau diperlambat
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)”. (QS Yunus [10]: 49) 3. Tak bisa dihindari أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ ”Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS An-Nisaa[4]: 78) Ketidakabadian hidup sesungguhnya dapat dilihat dari sosok hidup yang tidak terlepas dari unsur-unsur kematian. Salah satu unsur kematian yang begitu akrab dengan kehidupan manusia adalah tidur. Tidur bahkan menyerupai bayangan dari kematian itu sendiri. Allah berfirman, “Allah mencabut nyawa (orang) ketika matinya dan (mencabut) nyawa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya..” (QS. Az-Zumar:42) Allah dua kali memegang nyawa kita. Pertama, Allah memegang nyawa seseorang pada saat kematiannya dan yang kedua, Allah memegang nyawa seseorang yang belum mati ketika dia tidur. Maka Dia tahan nyawa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Peristiwa tersebut terjadi setiap malam, Allah memegang nyawa kita dan kembalikan. Dapat pula ketika Allah memegang nyawa kita tetap dipertahankan tidak dikembalikan. Ini merupakan peristiwa menghadapi proses kematian setiap malam ketika tidur. Islam juga sudah mengajarkan kepada kita doa sebelum kita tidur بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا “Ya Allah, dengan namaMu aku mati dan dengan nama Mu pula aku hidup kembali.” (HR. Bukhari) Dari doa tersebut kita harus menghayati maknanya, saat ingin tidur kita harus menyadari bahwa kita akan menelusuri bayangan dari kematian. Dan saat kita terbangun, kita memuji Allah karena telah mengembalikan hidup kita. Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa pernah berkata, setiap nafas kita adalah selangkah menuju kematian. Artinya kematian itu akan selalu membayangi kita lebih dekat dari bayangan kita sendiri. Allah juga berfirman bahwa,”Sebenarnya maut yang kamu melarikan diri daripada nya itu, tetaplah ia akan menemui kamu; kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta membalasnya).” (QS. Al-Jumu’ah : 8) Jadi kematian adalah pintu gerbang menuju kebahagiaan sejati, atau penyesalan abadi. Bila ajal datang, tak seorang pun bisa memilih. Masing masing pasti akan mendapatkan gilirannya. Di sinilah manusia menjadi terpilah. Ada yang menyiapkan dengan baik, merekalah yang menghadapi kematiannya dengan tenang. Tidak sedikit pula yang melalaikannya karena beranggapan bahwa mati adalah kesudahan yang tidak ada urusan setelah itu. Mereka inilah yang menghadapi kematian dengan penuh penyesalan dan ketakutan. “Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa”. (Imam Al-Ghazali)